Hakikat pembelajaran IPA di SD
Pada
dasarnya manusia ingin tahu lebih banyak tentang IPA atau Sains, antara lain
sifat sains, model sains, dan filsafat sains. Pada saat setiap orang mengakui
pentingnya sains dipelajari dan dipahami, tidak semua masyarakat mendukung.
Pada umumnya siswa merasa bahwa sains sulit, dan untuk mempelajari sains harus
mempunyai kemampuan memadai seperti bila akan menjadi seorang ilmuan. Ada tiga
alasan perlunya memahami sains antara lain, pertama bahwa kita membutuhkan lebih
banyak ilmuan yang baik, kedua untuk mendapatkan penghasilan, ketiga karena
tiap kurikulum menuntut untuk mempelajari sains. Mendefinisikan sains secara
sederhana, singkat dan yang dapat diterima secara universal sangat sulit
dibandingkan dengan mendefinisikan ilmu-ilmu lain.
Beberapa
ilmuwan memberikan definisi sains sesuai dengan pengamatan dan pemahamannya.
Carin (1993:3) mendefinisikan science sebagai The activity of questioning and exploring the universe and finding and expressing it’s hidden order, yaitu “ Suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam semesta dan penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam.”
Sains mengandung makna pengajuan pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman jawaban, penyempurnaan jawaban baik tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis (Depdiknas,2002a: 1).
Berdasar pada definisi yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa sains selain sebagai produk juga sebagai proses tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Pernyataan di atas selaras dengan pendapat Carin yang menyatakan bahwa sains sebagai produk atau isi mencakup fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum dan teori sains. Fakta merupakan kegiatan-kegiatan empiris di dalam sains dan konsep, prinsip, hukum-hukum, teori merupakan kegiatan-kegiatan analisis di dalam sains. Sebagai proses sains dipandang sebagai kerja atau sesuatu yang harus dilakukan dan diteliti yang dikenal dengan proses ilmiah atau metode ilmiah, melalui keterampilan menemukan antara lain, mengamati, mengklasifikasi, mengukur, menggunakan keterampilan spesial, mengkomunikasikan, memprediksi, menduga, mendefinisikan secara operasional, merumuskan hipotesis, menginterprestasikan data, mengontrol variabel, melakukan eksperimen. Sebagai sikap sains dipandang sebagai sikap ilmiah yang mencakup rasa ingin tahu, berusaha untuk membuktikan menjadi skeptis, menerima perbedaan, bersikap kooperatif, menerima kegagalan sebagai suatu hal yang positif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya sains terdiri atas tiga komponen, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam.
Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis deduktif dengan menggunakan berbagai peristiwa alam dan penyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif dengan menggunakan matematika serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri.
Melalui pelajaran fisika diharapkan para siswa memperoleh pengalaman dalam membentuk kemampuan untuk bernalar deduktif kuantitatif matematis berdasar pada analisis kualitatif dengan menggunakan berbagai konsep dan prinsip fisika (Depdiknas, 2002a: 6).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan dalam pembelajaran fisika untuk meneliti masalah-masalah harus melalui kerja ilmiah, yang disebut metode ilmiah yaitu: merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang dan melaksanakan ekperimen, menganalisis data pengamatan, serta menarik simpulan.
Ilmu Pengetahuan Alam (sains) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisir, tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Hal ini berarti bahwa fisika harus diajarkan pada siswa secara utuh baik sikap ilmiah, proses ilmiah, maupun produk ilmiah, sehingga siswa dapat belajar mandiri untuk mencapai hasil yang optimal. Kemampuan siswa dalam menggunakan metode ilmiah perlu dikembangkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan nyata.
Menurut Thursan Hakim, belajar adalah suatu
proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku
seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.
Menurut Slameto, belajar merupakan suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Skinner yang di kutip oleh Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya yang berjudul Belajar dan pembelajaran, bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku.
R. Gagne seperti yang di kutip oleh Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, memberikan dua definisi belajar, yaitu:
Menurut Skinner yang di kutip oleh Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya yang berjudul Belajar dan pembelajaran, bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku.
R. Gagne seperti yang di kutip oleh Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, memberikan dua definisi belajar, yaitu:
1. Belajar ialah suatu proses untuk
memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah
laku.
2. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
M. Sobry Sutikno mengemukakan, belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya
Theories of Learning yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, belajar berhubungan
dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu situasi.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat
disintesiskan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat
melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya. Jika di dalam proses
belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat
dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
1. Pengertian
Pembelajaran
Belajar adalah proses
perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang
ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses
berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami
sesuatu yang dipelajari.
Sedangkan mengajar
sendiri memiliki pengertian :
· Upaya guru untuk “membangkitkan” yang berarti
menyebabkan atau mendorong seseorang (siswa) belajar. (Rochman Nata
Wijaya,1992)
· Menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjdinya
proses belajar. (Hasibuan J.J,1992)
· Suatu usaha untuk membuat siswa belajar, yaitu usaha
untuk terjadinya perubahan tingkah laku. (Gagne)
Dan Pembelajaran yang
diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti
petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah
dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses,
perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
(KBBI)
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi
proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,
serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar
dapat belajar dengan baik.
(Wikipedia.com)
Proses
pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di
manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan
pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan
menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek
kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta
keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi
kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan
pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta
didik.
Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem
yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian
peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan
mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3)
Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20)
Istilah
“pembelajaran” sama dengan “instruction atau “pengajaran”. Pengajaran mempunyai
arti cara mengajar atau mengajarkan. (Purwadinata, 1967, hal 22). Dengan
demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan
Mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua
kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer, sedangkan
mengajar adalah kegiatan sekunder yang dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara
optimal.
Dan
dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran
adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu
dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama
dan karena adanya usaha.
Dengan
demikian dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang
melibatkan beberapa komponen :
1. Siswa
Seorang
yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
2. Guru
Seseorang
yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang
memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
3. Tujuan
Pernyataan
tentang perubahan perilaku (kognitif, psikomotorik, afektif) yang diinginkan
terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
4. Isi Pelajaran
Segala
informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai
tujuan.
5. Metode
Cara
yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi
yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.
6. Media
Bahan
pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan
informasi kepada siswa.
7. Evaluasi
Cara
tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya.
2.
Teori-Teori Pembelajaran
A. Berhavioristik
Pembelajaran
selalu memberi stimulus kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat seperti
yang kita inginkan. Hubunagn stimulus dan respons ini bila diulang kan menjadi
sebuah kebiasaan.selanjutnya, bila siswa menemukan kesulitan atau msalah, guru
menyuruhnya untuk mencoba dan mencoba lagi (trial and error) sehingga akhirnya
diperoleh hasil.
B. Kognitivisme
Pembelajaran
adalah dengan mengaktifkan indera siswa agar memeperoleh pemahaman sedangkan
pengaktifan indera dapat dilaksanakan dengan jalan menggunakan media/alat
Bantu. Disamping itu penyampaian pengajaran dengan berbagai variasi artinya
menggunakan banyak metode.
C. Humanistic
Dalam
pembelajran ini guru sebagai pembimbing memberi pengarahan agar siswa dapat
mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai manusia yang unik untuk mewujudkan
potensi-potensi yang ada dalam dirinya sendiri. Dan siswa perlu melakukan
sendiri berdasarkan inisisatif sendiri yang melibatkan pribadinya secara utuh
(perasaan maupun intelektual) dalam proses belajar, agar dapat memperoleh
hasil.
D. Sosial/Pemerhatian/permodelan
Proses pembelajaran melalui proses pemerhatian dan
pemodelan Bandura (1986) mengenal pasti empat unsure utama dalam proses pembelajaran
melalui pemerhatian atau pemodelan, iaitu pemerhatian (attention), mengingat
(retention), reproduksi (reproduction), dan penangguhan (reinforcement)
motivasi (motivion). Implikasi daripada kaedah ini berpendapat pembelajaran dan
pengajaran dapat dicapai melalui beberapa cara yang berikut:
• Penyampaian harus interktif dan menarik
• Demonstasi guru hendaklah jelas, menarik, mudah dan
tepat
• Hasilan guru atau contoh-contoh seperti ditunjukkan
hendaklah mempunyai mutu yang tinggi.
3. Ciri-ciri Pembelajaran
Menurut
Eggen & Kauchak (1998) Menjelaskan bahwa ada enam ciri pembelajaran
yang efektif, yaitu: (1) siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan,
(2) guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran,
(3) aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian,
(4) guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi,
(5) orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta
(6) guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru.
Adapun
ciri-ciri pembelajaran yang menganut unsur-unsur dinamis dalam proses belajar
siswa sebagai berikut :
· Motivasi belajar
Motivasi
dapat dikatakan sebagai serangkaina usaha untuk menyediakan kondisi kondisi tertentu,
sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatau, dan bila ia tidak
suka, maka ia akan berusaha mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi, motivasi dapat dirangsang dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh di
dalam diri seseorang. Adalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang/siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan memberikan arah
pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dihendaki dapat dicapai oleh siswa
(Sardiman, A.M. 1992)
· Bahan belajar
Yakni
segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan yang berupa informasi, maka perlu
diusahakan isi pengajaran dapat merangsang daya cipta agar menumbuhkan dorongan
pada diri siswa untuk memecahkannya sehingga kelas menjadi hidup.
· Alat Bantu belajar
Semua
alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, dengan maksud untuk
menyampaikan pesan (informasi)) dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada
penerima (siswa). Inforamsi yang disampaikan melalui media harus dapat diterima
oleh siswa, dengan menggunakan salah satu ataupun gabungan beberaapa alat
indera mereka. Sehingga, apabila pengajaran disampaikan dengan bantuan
gambar-gambar, foto, grafik, dan sebagainya, dan siswa diberi kesempatan untuk
melihat, memegang, meraba, atau mengerjakan sendiri maka memudahkan siswa untuk
mengerti pengajaran tersebut.
· Suasana belajar
Suasana
yang dapat menimbulkan aktivitas atau gairah pada siswa adalah apabila terjadi
:
a. Adanya komunikasi dua arah (antara
guru-siswa maupun sebaliknya) yang intim dan hangat, sehingga hubungan
guru-siswa yang secara hakiki setara dan dapat berbuat bersama.
b.Adanya kegairahan dan kegembiraan belajar.
Hal ini dapat terjadi apabila isi pelajaran yang disediakan berkesusaian dengan
karakteristik siswa.
Kegairahan
dan kegembiraan belajar jug adapat ditimbulkan dari media, selain isis
pelajaran yang disesuaiakan dengan karakteristik siswa, juga didukung oleh
factor intern siswa yang belajar yaitu sehat jasmani, ada minat, perhatian,
motivasi, dan lain sebagainya.
· Kondisi siswa yang belajar
Mengenai
kondisi siswa, adapat dikemukakan di sini sebagai berikut :
a. Siswa memilki sifat yang unik, artinya
anatara anak yang satu dengan yang lainnya berbeda.
b. Kesamaan siwa, yaitu memiliki
langkah-langkah perkenbangan, dan memiliki potensi yang perlu diaktualisasikan
melalui pembelajaran.
Kondisi
siswa sendiri sangat dipengaruhi oleh factor intern dan juga factor luar, yaitu
segala sesuatau yang ada di luar diri siswa, termasuk situasi pembelajaran yang
diciptakan guru. Oleh Karena itu kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada
peranan dan partisipasi siswa, bukan peran guru yang dominant, tetapi lebih
berperan sebagai fasilitaor, motivator, dan pembimbing.
MATURNUWUN
BalasHapus