-->

HAKEKAT PEMBELAJARAN IPA di Sekolah Dasar

A.    PENGANTAR

Dalam memahami bagaimana Pembelajaran IPA yang diharapkan terjadidi lingkungan sekolah Anda, ada baiknya Anda terlebih dahulu memahamipembelajaran IPA dalam paradigma absolutisme dan konstruksivisme yang akanmewarnai setiap pelaksanaan pembelajaran IPA.
Dalam paradigma absolutisme, materi bahan ajar telah disusun oleh paraahli, baik ahli IPA maupun ahli pendidikan IPA. Oleh karena itu, materi yangdisampaikan dalam proses pembelajaran tidak dapat dipertanyakan. Sepertiitulah yang harus dipelajari. Proses pembelajaranya berbentuk alih pengetahuan.Para guru berfungsi sebagai agen alih pengetahuan. Dengan menganut teoritabula rasa, siswa dianggap kertas putih yang siap ditulisi oleh para guru apapunisi dan betuknya. Evaluasi hasil belajar dalam paradigma ini adalah reproduksipengetahuan, seberapa banyak siswa menguasai pengetahuan yang telahdiberikan. Pembelajaran IPA dengan paradigma absolutisme adalah ibaratmengisi botol kosong.
Untuk paradigma konstruktivisme, Pembelajaran IPA dipahami sebagaiproses membangun aktifitas siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dengancara mebuat hubungan / keterkaitan antara pengetahuan yang telah dimilikisiswa dengan pengetahuan yang sedang dipelajari melalui interaksi dengan yanglain (kontektual)


B. URAIAN MATERI
Pembelajaran IPA dalam Paradigma Absolutisme
Dalam paradigma absolutisme mengajar didefinisikan sebagai prosesmerubah tingkah laku siswa dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang salah menjadibenar. Tingkah laku yang benar tersebut dirumuskan oleh para ahli. Untukmencapai tingkah laku yang benar itu, kepada siswa diberikan sejumlah bahan /materi IPA yang harus dipelajari. Materi itu juga dipilih oleh para ahli. Sebagaikonsekuensi dari pemikiran ini, maka diperlukan proses alih pengetahuan daripara ahli ke siswa. Proses alih pengetahuan di sekolah terjadi pada setiapkegiatan Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
Guru berfungsi sebagai pelaksana alih pengetahuan. Guru menjadi agenalih pengetahuan. Para ahli menyimpan ilmu pengetahuan yang disusunya berupabuku teks, makalah, aritikel, laporan penelitian dsb. Oleh guru ditulis sebagibuku ajar. Para guru mengolahnya dan menyampaikannya kepada siswa. Gurumengatur seberapa luas dan seberapa dalam pengetahuan yang harus diteruskankepada siswa. Guru sebagai agen alih pengetahuan. Guru berfungsi sebagaipemutar keran yang menentukan seberapa banyak air yang dikucurkan. Karenasebagai pemutar keran maka Guru tidak punya hak untuk menetapkan ciriciripengetahuan yang disampaikan. Siswa, sebagai ember penampungkucuran pengetahuan dari keran, menerima begitu saja semua pengetahuan yangdikucurkan oleh gurunya.
Model mengajar dengan paradigma absolutisma bersifat satu arah- dariguru kesiswa dan tidak tejadi interaksi antar siswa karena mereka tinggalmenerima bahan ajar yang sama. Karena itu, pengajaran ini juga bersifatindoktrinasi-memberitahu semua pengetauan kepada siswa. Apa akibatnya? Ya,betul! siswa merasa pasif siswa cukup duduk manis, mendengarkan, danmencatat. Selanjutnya siswa mengulang kembali secara terus menerus hinggasaat ulangan atau ujian tiba. Pada saat itu siswa diminta menunjukkan seberapabanyak pengetahuan yang telah siswa kuasai. Semakin mirip dengan apa yangdisampaikan guru semakin memperoleh nilai yang tinggi. Siswa mereproduksipengetahuan yang telah diberikan oleh guru. Siswa menjadi mesin foto kopi.Siswa tidak memperoleh ruang untuk berkreasi. Karena semua sudah baik, semuasudah benar, semua sudah dipelajari oleh para ahli dalam bidangnya maka siswatidak perlu melakukan sesuatu lagi kecuali mendengarkan, mencatat danmembaca ulang.
Siswa tidak perlu merasakan, mengalami, mencoba, mempraktekkan diri,sebagai seorang pencari kebenaran. Akibat lebih jauh, siswa merasa bosanbelajar IPA. IPA menjadi salah satu mata pelajaran yang kurang menarik.
Mengajar dalam paradigma absolutisme dapat diibaratkan sebagaikegiatan ’mengisi botol kosong’. Cara seperti ini tidak akan membuat siswaMadrasah Ibtidaiyah menggemari IPA. IPA tidak bermakna bagi siswa. Padahal,kurikulum 2006 ini megamanatkan bahwa Mata Pelajaran IPA di MI bertujuanagar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1.Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yangbermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
2.Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanyahubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi danmasyarakat
3.Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,memecahkan masalah dan membuat keputusan
4.Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjagadan melestarikan lingkungan alam

Coba anda perhatiakan diagram di bawah ini, pelaksanaan pembelajarandengan paradigma absolutism dengan konstruktivisme nampak sangat berbedabukan !. Cermati perbedaan tersebut pada saat sebelum dan sesudahpembelajaran itu dilaksanakan.


     Digram. Pembelajaran Absolutisme dan Konstruktivisme

Paradigma pembelajaran Absolutisme dan pembelajaran konstruktivismenampak perbedaan yang sangat jelas berdasarkan pemaparan dimensi silabusyang dibuat, aspek pedagogik ataupun hasil evaluasi.
Dalam paradigma absolutisme, materi bahan ajar telah disusun oleh paraahli, baik ahli IPA maupun ahli pendidikan IPA. Oleh karena itu, materi yangdisampaikan dalam proses pembelajaran tidak dapat dipertanyakan. Sepertiitulah yang harus dipelajari. Proses pembelajaranya berbentuk alih pengetahuan.
Untuk paradigma konstruktivisme, Pembelajaran IPA dipahami sebagaiproses membangun aktifitas siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dengancara mebuat hubungan / keterkaitan antara pengetahuan yang telah dimilikisiswa dengan pengetahuan yang sedang dipelajari melalui interaksi dengan yanglain (kontektual). Perhatikan tabel berilktu ini :

Tabel
Perbedaan Tradisi behaviorisme dan Konstrutivis
   


Dalam paradigma absolutisme menganut teori tabula rasa, siswa dianggapkertas putih yang siap ditulisi oleh para guru apapun isi dan betuknya. Evaluasihasil belajar dalam paradigma ini adalah reproduksi pengetahuan, seberapabanyak siswa menguasai pengetahuan yang telah diberikan. Pembelajaran denganparadigma absolutisme sebagai alih pengetahuan yang ibaratnya guru seperti’mengisi botol kosong’. Karena siswa dipandang tidak memiliki pengetahuanawal yang selanjutnya mereka menerima pengetahuan baru tanpa harus dibantah.Dalam paradigma konstruktivisme, materi tidak disusun dari atas tetapiditetapkan bersama-sama antara siswa dan guru dengan fokus sesuai dengankebutuhan siswa. Pedagoginya berupa proses fasilitasi agar konstruksipengetahuan yang dilakukan siswa berlangsung. Guru berfungsi sebagaifasilitator. Membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya dengan caramereduksi konflik-konflik konseptual sesedikit mungkin. Evaluasi hasil belajarberupa asessmen unjuk kerja. Dengan demikian hasil belajar tidak sekedarperberian tes tetapi kumpulan hasil kerja yang telah siswa lakukan yang disusundalam suatu portofolio. Pembelajaran dengan paradigma konstruktivisme adalah“ pemberdayaan.”

0 Response to "HAKEKAT PEMBELAJARAN IPA di Sekolah Dasar"

Posting Komentar

terimakasih

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel