HAKEKAT BELAJAR IPA
Dalam
memahami bagaimana belajar IPA yang diharapkan terjadi pada siswa di lingungan
sekolah Anda, ada baiknya Anda terlebih dahulu memahami belajar IPA dalam
paradigma absolutisme dan konstruksivisme yang sangat berpengaruh terhadap
pelaksanaan pembelajaran IPA.
Dalam
paradigma absolutisme, belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku
yang mencerminkan dari keadaan belum tahu ke keadaan sudah tahu. Contoh pada
Pembelajaran IPA, siswa yang belajar tinggal datang ke sekolah, duduk manis,
menyimak, mendengarkan, mencatat, dan mengulang kembali di rumah serta
menghapalkannya untuk menghadapi tes hasil belajar
Demikian
pula dengan materi bahan ajar telah disusun oleh para ahli, baik ahli IPA
maupun ahli pendidikan IPA. Oleh karena itu, materi yang disampaikan dalam
proses pembelajaran tidak dapat dipertanyakan. Seperti itulah yang harus
dipelajari. Proses pembelajaranya berbentuk alih pengetahuan. Para guru
berfungsi sebagai agen alih pengetahuan.
Dengan
menganut teoritabula rasa, siswa dianggap kertas putih yang siap ditulisi oleh
para guru apapun isi dan betuknya. Evaluasi hasil belajar dalam paradigma ini
adalah reproduksi pengetahuan, seberapa banyak siswa menguasai pengetahuan yang
telah diberikan. Pembelajaran IPA dengan paradigma absolutisme adalah ibarat
mengisi botol kosong.
Apakah
belajar dalam paradigma absolutime dengan belajar dalam paradigma
konstruktivime sama ? Tentu saja berbeda, dalam paradigm konstruktivisme, siswa
diakui telah memiliki pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki sebelum mengikuti
proses kegiatan pembelajaran juga menentukan bangunan pengetahuan yang baru
dikonstruksi bersama dengan guru. Proses belajar siswa mirip dengan yang
dilakukan para ilmuwan IPA, yaitu melalui pengamatan dan percobaan.Oleh karena
itu, pembelajaran IPA dengan paradigma konstruktivime tidak tepat lagi
penggunaan istilah “ ibarat mengisi botol kosong.”
Untuk
lebih jelasnya marilah kita cermati belajar dengan mempergunakanparagdima
absolutisme dan paradigma konstrukstivime, dengan harapan andaakan menarik
sebuah pemahaman, dan menjadi bekal pengetahuan Anda ketikaakan melaksanakan
pembelajaran IPA di Sekoloah Dasar ( SD ) Coba andacermati dengan seksama !
B.
URAIAN MATERI
v Belajar IPA Dalam Paradigma Absolutisme
Ketika
Anda sedang membaca buku, orang mengatakan bahwa Andasedang belajar. Apa yang
terjadi pada saat Anda belajar ? Jawabannya dapatbermacam-macam. Apakah ada
perubahan pada diri Anda antara sebelum belajardan setelah belajar?” Anda akan
menjawab bahwa pengetahuan Anda berubah,bertambah. Pengetahuan Anda tentang
pembelajaran IPA semakin bertambah.Apa dampak dari pertambahan pengetahuan?
Apakah Anda mengalamiperubahan jika Anda menyadari bahwa pengetahuan Anda
bertambah?Sesungguhnya, belajar tidak hanya memperoleh pengetahuan, Anda juga
dapatmemperoleh pengalaman. Setelah belajar Anda mengalami perubahan
tingkahlaku yang relatif permanen. Perubahan ini tercermin pada tingkah laku
Anda.
Dalam
paradigma absolutisme, belajar didefinisikan sebagai perubahantingkah laku yang
mencerminkan dari keadaan belum tahu ke keadaan sudahtahu. Mari ambil contoh
pada Pembelajaran IPA. Para siswa akan belajar tentangthermometer sebagai alat
pengukur temperatur. Tingkah laku yang bagaimanayang mencerminkan bahwa siswa
sebelum memiliki pengetahuan tentangtermometer. Ada banyak hal yang dapat
menjadi indikator. Misalnya, melihattermometer terletak diatas meja, siswa
tesebut acuh saja. Atau, mungkinsebaliknya, siswa terheran-heran, berdesakkan
ingin melihat dan memegangibenda itu. Setelah itu, mereka mengikuti pembelajaran
selama dua kalipertemuan tentang panas, para siswa sudah tidak terheran-heran
ketika melihatthermometer karena mereka tahu thermometer sebagai alat pegukur
suhu tubuh.Ketika mendangar perkataan orang bahwa hari ini sangat panas, siswa
langsungbertanya: “ Berapa derajat, suhu hari ini ? ” Hal-hal seperti itu
menunjukkantingkah laku siswa yang telah memiliki pengetahuan tentang
termometer. Jadi,setelah proses pembelajaran tentang Termometer, tingkah laku
para siswa telahberubah. Dengan pembelajaran, tingkah laku siswa diubah. Bentuk
perubahandan rancangan pembelajarannya disusun oleh para ahli dalam bentuk
kurikulum.
Dalam
paradigma absolutisme, kurikulum pendidikan IPA dibuat secarasentralistik (di
tingkat pusat). Pada kurikulum 1975 dan 1994, misalnya, Andaakan temukan
rumusan-rumusan: tujuan kurikuler, tujuan instruksional, pokokbahasan, sub
pokokbahasan, kelas, semester, sumber bahan, dan bahan ajaran.Anda, sebagai
guru tinggal menetapkan tujuan khusus dan membuat recanakegiatan selama di depan
kelas serta mengajarkannya dan dilengkapi dengan
sumber berupa buku paket.
Siswa
yang belajar tinggal datang ke sekolah, duduk manis, menyimak,mendengarkan,
mencatat, dan mengulang kembali di rumah sertamenghapalkannya untuk menghadapi
tes hasil belajar atau ulangan. Tes hasilbelajar, ulangan, ujian bersifat
reproduksi pengetahuan artinya seberapa luas dandalam bahan/materi yang telah
diajarkan dan dikuasai siswa. Sebagian dari Anda,tentu telah mengalami
pembelajaran yang seperti ini baik di tingkat sekolahdasar, sekolah lanjutan
atau bahkan di tingkat perguruan tinggi.
Cara
belajar pada paradigma absolutisme seperti ini hampir tidakmemberi ruang bagi
siswa untuk mengembangkan pendapatnya sendiri dan siswaterkesan lebih pasif.
Semua kegiatan terpusat pada guru. Siswa akan menirukanpenjelasan yang
diberikan guru di depan kelas. Hanya ada satu penjelasan yangdianggap benar
yaitu penjelasan yang diberikan guru.
Dalam
evaluasi hasilbelajar juga hanya ada satu jawaban yang dinyatakan benar yaitu
jawaban yangsesuai dengan penjelasan guru. Karena itu, siswa akan selalu
berusaha untukmenyesuaikan pendapatnya dengan pendapat gurunya, walaupun
sesungguhnyatidak sepakat. Dengan cara seperti itulah siswa dapat memperoleh
nilai tinggi.Sebaliknya, bisa juga terjadi jika bagi siswa yang bersikeras
untuk mengajukankonstruksinya sendiri yang berbeda dengan apa yang telah
disampaikan guru,walaupun argumentasinya bagus tetap akan memperoleh nilai
rendah.
C. LATIHAN 1
1. Carilah ciri-ciri utama
belajar dalam paradigma absolutisme!
Petunjuk
jawaban latihan :
1.
belajar dipahami
sebagai perubahan tingkah laku
2.
belajar berarti
menerima sesuai dengan yang disampakan oleh para guruatau dari buku paket
3.
belajar lebih terarah
kepada menerima dan menghafal
4.
hanya ada satu
kebenaran, yaitu apa yang dibenarkan oleh guru.
v Belajar IPA dalam Paradigma Konstruktivisme
Dalam
paradigma absolutisme, siswa dianggap tidak memilikipengetahuan apa pun ketika
berada di awal proses pembelajaran. Ibarat sebuahbotol kosong. Sebaliknya,
dalam paradigma konstruktivisme, siswa diakui telahmemiliki pengetahuan.
Pengetahuan yang dimiliki sebelum mengikuti proseskegiatan pembelajaran yang
sesungguhnya merupakan pengetahun awal siswa.
Pengetahuan
awal ini diperolehnya dari sumber-sumber belajar yang tersedia diluar bangku
sekolah atau dari pembelajaran sebelumnya. Seperti juga Anda saatini, Anda
telah memiliki pengetahuan pembelajaran IPA. Pengetahuan itu Andaperoleh dari
berbagai sumber, termasuk ketika Anda kuliah di program yang lain.Pendek kata,
Anda tidak berawal sebagai botol kosong. Anda telah memilikikonsepsi awal
tentang pembelajaran IPA.
Konsepsi
yang berakar pada pengalaman pribadi siswa dapat dikatakansebagai endapan dari
pergaulan sehari-hari termasuk pengajaran sebelumnya.Konsepsi yang dibangun
siswa sebelum mengikuti pembelajaran dapat dikatakansebagai pengetahuan awal
para siswa tentang fenomena atau kejadian yang akandipelajari.
Pengetahuan
yang telah dimiliki siswa mengarahkan perhatiannya padasatu atau dua hal
tertentu dari seluruh materi yang sedang dipelajari. Dengandemikian,
pengetahuan siswa ini menjadi semacam ‘penyaring’ tentang hal-halyang harus
dipelajari. Selain sebagai penyaring, pengetahuan yang telah dimilikijuga
menentukan bangunan pengetahuan yang baru dikonstruksi. PengetahuanAnda tentang
pembelajaran IPA dalam mempelajari sajian buku ini menjadi‘filter’ untuk
menyaring pengetahuan yang dipelajari dan menjadi salah satufaktor yang kuat
dalam mengkonstruksi pengetahuan baru yang Anda miliki.
Ketika
siswa menerima penjelasan gurunya bahwa bunyi merambatdalam bentuk gelombang,
siswa itu membayangkan berbagai macam bunyi,berbagai jenis gelombang, dan juga
kata merambat dengan beberapa padanannya.Hasil akhir konstruksi pengetahuan
yang dibangun siswa itu dapat berupa senggelombang. Sudah barang tentu gambaran
seperti ini sangat berbeda darigambaran yang diinginkan gurunya, bukan? Tugas
guru adalah mengubahgambaran semacam itu lewat kegiatan mengajar. Cara belajar
semacam ini olehpara ahli disebut belajar secara generatif. Mengingat
pengetahuan awal danpengalaman setiap siswa sangat individual, maka pengetahuan
yang barudikonstruksi masing-masing siswa ada kemungkinan tidak sama satu
denganyang lain.
Proses
belajar siswa sesungguhnya mirip dengan yang dilakukan parailmuwan IPA, yaitu
melalui pengamatan dan percobaan. Penelitian IPA adalahpenelitian empiris.
Siswa Madrasah Ibtidaiyah juga belajar IPA melaluiinvestigasi yang mereka
lakukan sendiri. Jika pengalamannya tidak memadai,maka pemahamannya juga tidap
lengkap. Investigasi merupakan cara normalbagi siswa yang belajar. Seberapa
besar ketergantungan seseorang padapengalaman jarang diperhatikan oleh para
guru. Mari kita perhatikan kisahseorang anak buta warna yang sedang belajar
tentang warna. Gurunya sudahputus asa menjelaskan kepada anak itu tentang
perbedaan antara warna hijau dankuning. Akhirnya si anak pun menyerah menerima
penjelasan si guru. Hasilulangan cukup membanggakan, ia mengungkapkan dengan
persis apa yangdijelaskan gurunya. Tetapi, ketika ditanya apa alasannya, ia berkata:
“Saya tidaktahu, hanya itulah yang disampaikan Pak Guru”
Pengalaman
memang esensial dalam belajar, tetapi tanpa interpretasi,pengalaman dapat
menjadi tidak berarti. Para siswa di pegunungan setiap tahun,di musim dingin,
mengalami kabut asap. Kadang-kadang bahkan terpaksadiliburkan dengan tujuan
agar mereka tidak menghirup kabut asap ini secaraberlebihan. Tetapi, apa yang
terjadi? Mereka bukannya tinggal di rumah selamalibur kabut asap ini, tetapi
sebaliknya mereka jalan ke sana ke mari, salingmengunjungi temannya. Mengapa?
Karena, mereka tidak mengerti tentang kabutasap. Mengerti berarti memberi
makna. Mengerti sesuatu berarti sesuatu itubermakna baginya. Memberi makna
berarti membuat interpretasi. Maka,pengalaman harus diinterpretasikan.
Menginterpretasi
suatu fenomena berarti menentukan hubungannyadengan yang lain. Pada awalnya,
fakta tidak bermakna bagi siswa karena tidaksesuai dengan kerangka berpikir
yang telah ada. Siswa merasa terganggu.Kemudian, secara tiba-tiba hubungannya
dengan yang lain menjadi jelas. Faktayang baru sudah sesuai dengan kerangka
berpikir yang lama. Ia merasa nyamanlagi. Tugas guru adalah membantu siswa
menginterpretasikan fakta-fakta (daripengalaman) agar menjadi bermakna bagi
dirinya sendiri. Ia mengkonstruksipengetahuannya sendiri
LATIHAN 2
1. Carilah ciri-ciri utama
belajar dalam paradigma kostruktivisme!
Petunjuk jawaban latihan:
1. Belajar dipahami sebagai proses mengkonstruksi pengetahuan
2. Belajar berarti proses aktif siswa dalam mengkonstruksi
pengetahuannyasendiri
3. Belajar lebih terarah kepada pencarian makna
4. Ada banyak kebenaran, yaitu yang sesuai dengan
pengalamannya
v Arti dan Belajar bagi Siswa Sekolah Dasar ( SD )
Terdapat
beragam pemahaman tentang belajar yang dkemukakan oleh paraakhli pendidikan
khususnya, mereka mencoba memaparkan pengetahuannyaberdasarkan pengalaman
secara praktis dalam dunia pendidikan dimana belajarmerupakan salah satu bentuk
kegiatannya.
Pemahaman
belajar saat ini, berkembang dalam dua paradigma belajar yangberbeda
berdasarkan pemahaman pada tradisi modern ataupun tradisional.Belajar secara
tradisional diartikan sebagai upaya menambah dan mengumpulkansejumlah
pengetahuan. Sementara untuk tradisi modern, sebagaimanadiungkapkan oleh Morgan
dkk (1986), belajar adalah setiap perubahan tingkahlaku yang realatif tetap
tejadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. Definisi yagke dua ini memuat dua
unsur penting dalam belajar yaitu, pertama belajar adalahperubahan
tingkah laku, dan ke dua perubahan yang terjadi adalah terjadi
karenaadanya bentuk latihan dan pengalaman.
Sosok
seorang guru SD, perlu juga memahami berbagai hal yangtidak dapat digolongkan
ke dalam penyebab terjadinya suatu perubahan yangdisebut kegiatan belajar.
Misalnya perubahan yang terjadi karena unsurkedewasaan ini tidak menunjukkan
kegiatan belajar. Belajar bukan terjadi kerenaadanya warisan genetika , atau
respon secara alamiah, kedewasaan, atau keadaanorganisme yang bersipat temporer
seperti kelelahan, pengaruh obat-obatan,persepsi, motivasi, atau gabungan
semuanya (Gagne, 1985).
Gagne
selanjutnya mengemukakan lima kemampuan manusia yangmerupakan hasil belajar
sehingga pada gilirannya membutuhkan sekian kondisibelajar untuk pencapaiannya.
Lima kemampuan hasil belajar tersebut adalahsebagai berikut :
1.
Keterampilan
intelektual, dalam prosesnya akan sangat tergantung kepadakapasitas intelektual
kecerdasan seseorang dan pada kesempatan belajaryang tersedia. Misalnya
sejumlah pengetahuan yang diperoleh dari hasilbaca tulis, sampai kepada
pemikiran yang rumit.
2.
Starategi kognitif,
mengatur cara belajar dan berpikir seseorang dalamarti yang seluas-luasnya,
termasuk kemampuan memecahkan masalah.
3.
Informasi verbal,
pengetahuan dalam arti informasi dan fakta, umumnyadikenal dan tidak jarang.
4.
Keterampilan motorik
yang diproleh di sekolah, antara lain ketrapilanmenulis, mengetik, mengunakan
mikroskup dan sebagainya.
5.
Sikap dan nilai,
berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yangdimiliki seseorang, dari
kecenderungan bertingkah laku terhadap orang,barang atau kejadian.
Belajar
siswa akan sangat tergantung kepada kegiatan belajar yangdiciptakan guru,
melalui berbagai macam kegiatan pembelajaran yangdikonstruksinya di dalam
kelas.
Paham
modernisasi tentang bagaimana siswa pada usia sekolah belajar,kecenderungannya
menganut tradisisi konstruktivis yang dipelopori oleh JeanPiaget (1986-1980),
dan Lev Vygotsky (1896-1936) dan Bruner (1960).
a.
Piaget, menurut dia anak adalah seorang yang aktif, membentuk ataumenyusun
pegetahuan mereka sendiri pada saat mereka menyesuaikanpikirannya sebagaimana
terjadi ketika mereka mengeksplorasi lingkungandan kemudian tumbuh secara
kognitif terhadap pemikiran yang logis.
b.
Vigotsky, menurut dia anak mengkonstruksi pengetahuan melalui
interaksipngajaran dan sosial dengan orang dewasa (guru) dengan catatan
orangdewasa itu menjembatani arti dengan bahasa dan tanda atau simbol,
untukkemudian anak tumbuh dengan pemikiran yang verbal.
c.
Bruner, menurut dia anak melalui aktivitas dengan orang dewasa
(guru)mengkonstruksi pengetahuan mereka itu dalam bentuk tampilan spiral
mulaidari ” pree speech” sebagaimana anak menetapkan format, peranan dan
halyang rutin yang membuatnya merasa bebas suntuk kemudian dapat terlibatdalam
penggunaan bahasa yang lebih komplek sebagaimana realitasnya
Beradasarkan
pendapat ke tiga ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan untukperbedaan dan
persamaannya. Persamaannya, anak adalah seorang yang aktif,memiliki
kemapuan untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Sedangkanpebedaannya, dapat
dilihat berdasarkan pendapat :
a.
Piaget, menekankan bahwa penciptaan lingkungan belajar
menjadisorotan penting. Lingkunganlah yang akan menarik si anak; membuatmereka
bekerja melakukan eksplorasi; anak akan mengkonstruksipengetahuannya sendiri,
dan bukan guru yang mengkonstruksi
pengetahuan
si anak.
b.Vigotsky, menekankan
interaksi anak dengan guru, oleh karena itu, gurusepatutnya memahami dunia
anak. Suatu interaksi baru dapat dikatakanbermakna bagi anak, jika guru
benar-benar telah menjebatani arti dansimbol atau lambang-lambang yang
digunakan dalam proses interaksi itu.
c.
Bruner, menekanakan kepada gambaran proses pikiran anak
dalammengkonstruksi suatu pengetahuan. Tampilannya berbentuk spiral mulaidari
format, peranan, dan hal-hal yang rutin (bentuk yang sederhana/prespeech)hingga
terlibat dalam penggunaan bahasa yang lebih kompleksebagaimana tersaji dalam
realitas kehidupan.
Menyimak
dan menganalisis pemaparan pendapat ahli di atas, sebagaiseorang guru apa yang
yang harus anda lakukan ? Bagaimana pandangan andaterhadap keberadaan anak
sebagai siswa yang akan kita libatkan dalam prosespembelajaran di kelas ?
Hal
penting dari pemaparan tersebut adalah bahwa siswa SD merupakansosok seorang
anak yang aktif. Seorang guru yang konstruktivis adalah merekayang selalu
menyediakan lingkungan dan bahan belajar bagi siswanya sesuaidengan kebutuhan
mereka. Dan guru menyadari betul bahwa siswanya senangmelakukan eksplorasi
lingkungan belajar. Selalu berusaha menciptakan system interaksi pengajaran
dengan siapa siswa itu berinteraksi dan menjembatanipemahaman arti yang
diperlukan siswanya.
Eksplorasi
lingkungan belajar dan interaksi yang terjadi, merefleksikanpengalaman belajar
siswa sehingga membentuk pengetahuan yang berkembangterus sebagai milik siswa
sendiri (internalisasi)
Terdapat
tujuan belajar yang secara wajar dapat diwujudkan guru untuksiswa di Sekolah
Dasar, antara lain :
1.
Menjadikan siswa
senang, bergembira dan riang dalam belajar
2.
Memperbaiki berpikir
kreatif siswa, keingintahuan siswa, kerja sama, hargadiri dan rasa pecaya diri
sendiri, khususunya dalam menghadapi iklimpembelajaran yang dirancang dan
dilakasnakan guru (kehidupan akademik)
3.
Mengembangkan sikap,
positif anak-anak dalam belajar.
4.
Mengembangkan afeksi
dan kepekaan terhadap peristiwa-peristiwa yangterjadi di lingkunganya,
khususnya perubahan yang terjadi dalam lingkungansosial dan teknologi.
v
Masalah- masalah
Belajar Siswa Sekolah Dasar
Apakah
yang dimaksud dengan masalah belajar ? masalah belajar adalahsuatu kondisi
tertentu yang dialami siswa dan menghambat kelancaran hasilbelajarnya.
Kemungkinan munculnya masalah sangat beragam bisa jadi karenakeadaan dirinya
atau lingkungan yang tidak memngkinkan untuk siswa dapatbelajar dengan baik.
Masalah
belajar pada siswa SD dapat digolongkan kepada :
a)Sangat cepat belajar, yaitu
siswa yang memiliki bakat akademik yang cukuptinggi (IQ 130 ke atas), siswa
seperti ini memerlukan tugas-tugas khusus.
b)
Keterlambatan
Akademik, yaitu siswa yang secara akademik
(kemampuanbelajar) cukup baik karena memiliki intelegensi normal (IQ di atas
100)tetapi tidak bisa memanfaatkan kemampuan tersebut secara baik.
c)Lambat belajar,yaitu
siswa yang memiliki kemampuan akademik kurangmemadai (IQ sekitar 70 -90),
biasanya disebut juga dengan anak yangmemiliki kekampuan akademik di bawah
rata-rata, sehingg peludipertimbangkan untuk memperoleh bantuan layanan secara
khusus.
d)
Sikap dan kebiasaan
buruk, yaitu siswa yang kegiatan atau
perbuatanbelajarnya berlawanan atau tidak sesuai dengan kebiasaan
belajarnormalnya, misalnya malas, belajar hanya menjelang ujian, atau
menundatugas yang diberikan oleh guru.
e)Kehadiran di sekolah, yaitu
siswa yang sering tidak masuk sekolah ataumenderita sakit dalam jangka waktu
lama sehingga kehilangan waktusebagaian besar belajarnya.
Masalah
belajar pada siswa sekoolah dasar dapat terjadi dan bersumber dari
siswanyasendiri, lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Untuk
mempelajarinyaanda perhatikan uaraian berikut ini :
a.
Faktor yang bersumber
dari siswa
1.
Tingkat kecerdasan
rendah
2.
Kesehatan sering
terganggu
3.
Alat pendengaran dan
penglihatan kurang berfungsi
4.
Gangguan alat
perseptual
5.
Tidak menguasai cara
belajar yang baik
b.
Faktor yang bersumber
dari lingkungan keluarga
1.
Kemampuan ekonomi
keluarga kurang memadai
2.
Kurang mendapat
perhatian dan pengawasan dari orang tua
3.
Harapan orang tua
terlalu tinggi pada anak
4.
Orang tua pilih kasih
terhadap anak
c.
Faktor yang bersumber
dari lingkungan sekolah
1.
Masalah yang muncul
dari sekolah bersumber dari kurikulumkurang sesuai, guru kurang menguasai bahan
pelajaran, metodemengajar kurang sesuai, alat dan media pembelajaran
kurangmemadai.
D.
RANGKUMAN
Kita
mengenal dua model belajar. Dalam paradigma absolutism belajar dipahamisebagai
proses perubahan tingkah laku yang mencerminkan keadaan dari tidaktahu menjadi
tahu, dari belum mengerti ke sudah mengerti.Dengan cara ini siswamenemukan
hanya satu kebenaran, yaitu kebenaran yang datang dari guru. Caraberpikir siswa
bersifat konvergen. Dalam paradigma konstruktivisme, belajardimaknai sebagai
proses aktif siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiridengan cara membuat link
dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnyamelalui interaksi dengan
yang lain. Dengan cara ini siswa belajar bahwapengetahuan itu tidak tunggal
karena setiap siswa mengkonstuksipengetahuannya sendiri. Siswa belajar berpikir
divergen.
Belajar
secara tradisional diartikan sebagai upaya menambah dan mengumpulkansejumlah
pengetahuan. Sementara untuk tradisi modern, sebagaimanadiungkapkan oleh Morgan
dkk (1986), belajar adalah setiap perubahan tingkahlaku yang relatif tetap
tejadi sebagai hasil latihan dan pengalaman.Sosok seorang guru SD, perlu juga
memahami berbagai hal yang tidakdapat digolongkan ke dalam penyebab terjadinya
suatu perubahan yang disebutkegiatan belajar. Misalnya perubahan yang terjadi
karena unsur kedewasaan initidak menunjukkan kegiatan belajar. Masalah belajar
pada siswa SD dapatterjadi dan bersumber dari siswanya sendiri, lingkungan
keluarga dan lingkungansekolah.
E.
TES FORMATIF
Pilihlah salah satu jawaban
yang dianggap paling tepat !
1.
Belajar didefinisikan
sebagai perubahan tingkah laku yang mencerminkandari keadaan belum tahu ke
keadaan sudah tahu, termasuk paradigma ……
B.
Behaviorisme
C.
Konstruktivisme
D.
Absolutisme
E.
Humanisme
2.
Cara belajar pada
paradigma absolutisme seperti berikut ini, kecuali….
A.
Tidak memberi ruang
bagi siswa untuk mengembangkan pendapatnyasendiri
B.
Semua kegiatan terpusat
pada guru.
C.
Hanya penjelasan guru
yang dianggap benar
D.
Semua kegiatan
terpusat pada siswa
3.
Ciri-ciri utama
belajar dalam paradigma kostruktivisme adalah sebagaiberikut, kecuali……
A.
belajar dipahami
sebagai proses mengkonstruksi pengetahuan
B.
belajar berarti proses
aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannyasendiri
C.
belajar lebih terarah
kepada menerima dan menghafal
D.
belajar lebih terarah
kepada pencarian makna
4.
Yang dimaksud dengan
pegetahuan awal pada diri siswa adalah…….
A.
Pengetahuan yang
dimiliki sebelum mengikuti proses kegiatanpembelajaran
B.
Pengetahuan yang
diperoleh melalui kegiatan praktikum
C.
Pengetahuan yang
diperoleh dari lingkungan masyarakat
D.
Pengetahuan yang
dimiliki setelah selasai mengikuti kegiatan pembelajaran
5.
Cara berpikir siswa
dalam paradigma konstruktivisme bersiat ……
A.
Konvergen
B.
Divergen
C.
Paralel
D.
Dikotomus
6.
Pemahaman belajar saat
ini, berkembang dalam dua paradigma belajar yangberbeda berdasarkan pemahaman
pada tradisi modern ataupun tradisional.Belajar secara tradisional diartikan
sebagai .......
A.
Upaya menambah dan
mengumpulkan sejumlah pengetahuan.
B.
Perubahan tingkah laku
yang relatif tetap terjadi sebagai hasil latihandan pengalaman.
C.
Upaya memperbaiki
tingkah laku afektif dan psikomotor
D.
Perubahan tingkah laku
yang dibentuk oleh hasil pembelajaran
7.
Ciri seorang guru yang
konstruktivis adalah ......
A.
Selalu menyediakan
lingkungan dan bahan belajar bagi siswanyasesuai dengan kebutuhan mereka.
B.
Mendorong siswanya
senang melakukan eksplorasi lingkunganbelajar.
C.
Selalu berusaha
menciptakan sistem interaksi pembelajaran yangefektif
D.
Menjembatani pemahaman
arti yang tidak diperlukan siswanya.
8.
Yang dimaksud dengan
masalah belajar adalah......
A.
Suatu kondisi tertentu
yang dialami siswa dan menghambatkelancaran hasil belajarnya
B.
Suatu kondisi tertentu
yang dialami siswa dan memperlancar hasilbelajarnya
C.
Suatu kondisi yang
dialami siswa dan bekaitan dengan lingkunganmadrasah
D.
Suatu kondisi yang
dialami oleh siswa dan melibatkan temansejawatnya.
9.
Hal yang tidak dapat
digolongkan ke dalam penyebab terjadinya suatuperubahan dari kegiatan belajar
adalah sebagai berikut, kecuali ........
A.
Kedewasaan
B.
Kecerdasan
C.
Keterampilan
D.
Kesungguhan
10.
Faktor masalah belajar
yang bersumber dari siswa adalah sebagai berikut,kecuali .........
A.
Tingkat kecerdasan
rendah
B.
Kurang perhatian orang
tua
C.
Kesehatan sering
terganggu
D.
Gangguan alat
perseptual
F.
BALIKAN DAN TINDAK LANJUT
Cocokkan
hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 1yang ada pada bagian
belakang bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawabanAnda yang benar, kemudian
gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahuitingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar
Rumus :
Tingkat Penguasaan =jumlah jawaban anda yang benarX 100 %
10
Arti Tingkat Penguasaan :
90 % - 100 % = Baik Sekali
80 % - 89 % = Baik
70 % - 79 % = Cukup
< 69 % = Kurang
Kalau
anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, maka Anda dapatmeneruskan dengan
kegiatan Belajar 2. Bagus ! Akan tetapi apabila tingkatpenguasaan Anda
masah di bawah 80 %, Anda harus mengulang KegiatanBelajar 1, terutama bagian
yang belaum Anda kuasai.
Kegiatan Belajar II
HAKEKAT PEMBELAJARAN IPA
A.
PENGANTAR
Dalam
memahami bagaimana Pembelajaran IPA yang diharapkan terjadidi lingkungan
sekolah Anda, ada baiknya Anda terlebih dahulu memahamipembelajaran IPA dalam
paradigma absolutisme dan konstruksivisme yang akanmewarnai setiap pelaksanaan
pembelajaran IPA.
Dalam
paradigma absolutisme, materi bahan ajar telah disusun oleh paraahli, baik ahli
IPA maupun ahli pendidikan IPA. Oleh karena itu, materi yangdisampaikan dalam
proses pembelajaran tidak dapat dipertanyakan. Sepertiitulah yang harus
dipelajari. Proses pembelajaranya berbentuk alih pengetahuan.Para guru
berfungsi sebagai agen alih pengetahuan. Dengan menganut teoritabula rasa,
siswa dianggap kertas putih yang siap ditulisi oleh para guru apapunisi dan
betuknya. Evaluasi hasil belajar dalam paradigma ini adalah
reproduksipengetahuan, seberapa banyak siswa menguasai pengetahuan yang
telahdiberikan. Pembelajaran IPA dengan paradigma absolutisme adalah
ibaratmengisi botol kosong.
Untuk
paradigma konstruktivisme, Pembelajaran IPA dipahami sebagaiproses membangun aktifitas
siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dengancara mebuat hubungan / keterkaitan
antara pengetahuan yang telah dimilikisiswa dengan pengetahuan yang sedang
dipelajari melalui interaksi dengan yanglain (kontektual)
B.
URAIAN MATERI
v
Pembelajaran IPA
dalam Paradigma Absolutisme
Dalam
paradigma absolutisme mengajar didefinisikan sebagai prosesmerubah tingkah laku
siswa dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang salah menjadibenar. Tingkah laku
yang benar tersebut dirumuskan oleh para ahli. Untukmencapai tingkah laku yang
benar itu, kepada siswa diberikan sejumlah bahan /materi IPA yang harus
dipelajari. Materi itu juga dipilih oleh para ahli. Sebagaikonsekuensi dari
pemikiran ini, maka diperlukan proses alih pengetahuan daripara ahli ke siswa.
Proses alih pengetahuan di sekolah terjadi pada setiapkegiatan Pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru.
Guru
berfungsi sebagai pelaksana alih pengetahuan. Guru menjadi agenalih
pengetahuan. Para ahli menyimpan ilmu pengetahuan yang disusunya berupabuku
teks, makalah, aritikel, laporan penelitian dsb. Oleh guru ditulis sebagibuku
ajar. Para guru mengolahnya dan menyampaikannya kepada siswa. Gurumengatur
seberapa luas dan seberapa dalam pengetahuan yang harus diteruskankepada siswa.
Guru sebagai agen alih pengetahuan. Guru berfungsi sebagaipemutar keran yang
menentukan seberapa banyak air yang dikucurkan. Karenasebagai pemutar keran
maka Guru tidak punya hak untuk menetapkan ciriciripengetahuan yang
disampaikan. Siswa, sebagai ember penampungkucuran pengetahuan dari keran,
menerima begitu saja semua pengetahuan yangdikucurkan oleh gurunya.
Model
mengajar dengan paradigma absolutisma bersifat satu arah- dariguru kesiswa dan
tidak tejadi interaksi antar siswa karena mereka tinggalmenerima bahan ajar
yang sama. Karena itu, pengajaran ini juga bersifatindoktrinasi-memberitahu
semua pengetauan kepada siswa. Apa akibatnya? Ya,betul! siswa merasa pasif
siswa cukup duduk manis, mendengarkan, danmencatat. Selanjutnya siswa mengulang
kembali secara terus menerus hinggasaat ulangan atau ujian tiba. Pada saat itu
siswa diminta menunjukkan seberapabanyak pengetahuan yang telah siswa kuasai.
Semakin mirip dengan apa yangdisampaikan guru semakin memperoleh nilai yang
tinggi. Siswa mereproduksipengetahuan yang telah diberikan oleh guru. Siswa
menjadi mesin foto kopi.Siswa tidak memperoleh ruang untuk berkreasi. Karena
semua sudah baik, semuasudah benar, semua sudah dipelajari oleh para ahli dalam
bidangnya maka siswatidak perlu melakukan sesuatu lagi kecuali mendengarkan,
mencatat danmembaca ulang.
Siswa
tidak perlu merasakan, mengalami, mencoba, mempraktekkan diri,sebagai seorang
pencari kebenaran. Akibat lebih jauh, siswa merasa bosanbelajar IPA. IPA
menjadi salah satu mata pelajaran yang kurang menarik.
Mengajar
dalam paradigma absolutisme dapat diibaratkan sebagaikegiatan ’mengisi botol
kosong’. Cara seperti ini tidak akan membuat siswaMadrasah Ibtidaiyah
menggemari IPA. IPA tidak bermakna bagi siswa. Padahal,kurikulum 2006 ini
megamanatkan bahwa Mata Pelajaran IPA di MI bertujuanagar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut.
1.
Mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yangbermanfaat dan dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari
2.
Mengembangkan rasa
ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanyahubungan yang saling
mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi danmasyarakat
3.
Mengembangkan
keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,memecahkan masalah dan
membuat keputusan
4.
Meningkatkan kesadaran
untuk berperan serta dalam memelihara, menjagadan melestarikan lingkungan alam
Coba
anda perhatiakan diagram di bawah ini, pelaksanaan pembelajarandengan paradigma
absolutism dengan konstruktivisme nampak sangat berbedabukan !. Cermati
perbedaan tersebut pada saat sebelum dan sesudahpembelajaran itu dilaksanakan.
Digram.
Pembelajaran Absolutisme dan Konstruktivisme
Paradigma
pembelajaran Absolutisme dan pembelajaran konstruktivismenampak perbedaan yang
sangat jelas berdasarkan pemaparan dimensi silabusyang dibuat, aspek pedagogik
ataupun hasil evaluasi.
Dalam
paradigma absolutisme, materi bahan ajar telah disusun oleh paraahli, baik ahli
IPA maupun ahli pendidikan IPA. Oleh karena itu, materi yangdisampaikan dalam
proses pembelajaran tidak dapat dipertanyakan. Sepertiitulah yang harus
dipelajari. Proses pembelajaranya berbentuk alih pengetahuan.
Untuk
paradigma konstruktivisme, Pembelajaran IPA dipahami sebagaiproses membangun
aktifitas siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dengancara mebuat hubungan /
keterkaitan antara pengetahuan yang telah dimilikisiswa dengan pengetahuan yang
sedang dipelajari melalui interaksi dengan yanglain (kontektual). Perhatikan
tabel berilktu ini :
Tabel
Perbedaan
Tradisi behaviorisme dan Konstrutivis
Dalam
paradigma absolutisme menganut teori tabula rasa, siswa dianggapkertas putih
yang siap ditulisi oleh para guru apapun isi dan betuknya. Evaluasihasil
belajar dalam paradigma ini adalah reproduksi pengetahuan, seberapabanyak siswa
menguasai pengetahuan yang telah diberikan. Pembelajaran denganparadigma
absolutisme sebagai alih pengetahuan yang ibaratnya guru seperti’mengisi botol
kosong’. Karena siswa dipandang tidak memiliki pengetahuanawal yang selanjutnya
mereka menerima pengetahuan baru tanpa harus dibantah.Dalam paradigma
konstruktivisme, materi tidak disusun dari atas tetapiditetapkan bersama-sama
antara siswa dan guru dengan fokus sesuai dengankebutuhan siswa. Pedagoginya
berupa proses fasilitasi agar konstruksipengetahuan yang dilakukan siswa
berlangsung. Guru berfungsi sebagaifasilitator. Membantu siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuannya dengan caramereduksi konflik-konflik konseptual
sesedikit mungkin. Evaluasi hasil belajarberupa asessmen unjuk kerja. Dengan
demikian hasil belajar tidak sekedarperberian tes tetapi kumpulan hasil kerja
yang telah siswa lakukan yang disusundalam suatu portofolio. Pembelajaran
dengan paradigma konstruktivisme adalah“ pemberdayaan.”
C. LATIHAN 1
1. Carilah ciri khas
pembelajaran dalam tradisi absolutisme!
Petunjuk
jawaban latihan :
1. Mengisi botol kosong,
alih pengetahuan
v Pembelajaran IPA dalam Paradigma Konstruktivisme
Dalam
paradigma konstruktivisme, belajar dipahami sebagai proses aktifsiswa untuk
mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mebuat hubungan /keterkaitan antara
pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengetahuan yangsedang dipelajari
melalui interaksi dengan yang lain. Pengertian belajar sepertiini, paling tidak
mengandung tiga hal. Pertama adalah proses aktif untukmengkonstruksi
pengetahuan. Kedua adalah membuat hubungan / keterkaitanantara pengetahuan yang
telah dimiliki dengan pengetahuan yang sedangdipelajari. Ketiga adalah
interaksi siswa dengan yang lain.
Mari
kita lihat situasi pada saat seorang anak sedang belajar main
layanglayangdengan bapaknya. Apa yang mereka lakukan? Anak dan
bapakberkolaborasi menaikkan layang-layang. Bisa jadi, si anak akan berlari
sambilmenarik benang, dan si bapak memegangi layang-layang tegak berdiri ke
atas.Atau sebaliknya, mereka juga melakukan dialog agar dihasilkan keputusan
bersama dan dapat
dilaksanakan secara bersama. Mungkin juga antara merekajuga ’bertengkar’,
’beteriak’ saling meminta agar menyesuaikan posisi terhadapyang lain. Tujuan
akhir adalah si anak mampu menaikkan layang-layang sendiri.
Mereka
berdua aktif, tentunya, berlarian di lapangan. Si anak tentu secaraterus
menerus membuat ’link’ antara pengetahuan yang diperoleh harisebelumnya dengan
kejadian yang saat itu dialami. Marilah kita telaah apa yangdilakukan si bapak.
Pada awal kegiatan, peran si bapak sangat besar. Iamenunjukkan tempat yang
cocok untuk menaikkan layang-layang. Mungkin juga
ia membantu membawakan
layang-layangnya agar tidak sobek. Ia membericontoh bagaimana cara menaikkan
layang-layang dengan baik dan efisien.Setelah layang-layang stabil di atas, ia
meminta si anak agar memegangi benangdan memain-mainkan layang-layang dengan
cara menarik-mengulur benang.
Hari-hari
berikutnya, perannya perlahan-lahan dikurangi, sehingga padasautu waktu tiada
sesuatu pun yang harus dilakukan. Si anak sudah sungguhsungguhmampu menaikkan
layang-layang dalam berbagai situasi angin, danberbagai bentuk layang-layang.
Disebutkan si anak sudah diberdayakan dalambermain layang-layang.
Kegiatan
semacam ini bukan saja alih pengetahuan, tatepi jugamemfasilitasi si anak dalam
mengkonstruksi pengetahuannya.
Demikian
juga, proses mengajar dalam paradigma konstruktivisme,siswa, seperti anak yang
sedang belajar menaikkan layang-layang, aktif mencaripengetahuan (IPA)
didampingi guru sebagai fasilitator yang juga aktif. Merekasecara bersamasama
terlibat aktif dalam dialog mencari kebenaran IPA.
Gb.
Orang Tua dan Anak Bermain Layang-layang
Perhatikan
gambar di atas, anda bisa mengambil makna dari kegiatanmain layang-layang
tersebut, bukan ! Esensi apa yang terkandung dari gambartersbut ? Anda benar,
dalam seting pembelajaran kegiatan tersebut menunjukkanbahwa mengajar berarti
memberdayakan mengajar untuk belajar.
Walaupun
penerapan tradisi konstruktivis itu berbeda-beda, namun adahal-hal yang sama.
Ishii (2003) menyajikan kesimpulan Ernest tentang implikasipedagogis dari
tradisi konstruktivismes.
1.Peka dan perhatian terhadap pengetahuan awal siswa yang
dibawa sebelummengikuti pelajaran formal
2.Penggunaan konflik kognitif untuk meremidi miskonsepsi.
Tampak sepertimembiarkan siswa mengalami kebingungan dalam berpikir, dan dari
sanamereka akan menngembangan pemahamannya sendiri, atau paling tidakmencari
jalan keluar dari kebingungan.
3.Perhatian terhadap petakognisi dan strtegi self-regulation.
Ini merupakankosekuensi dari mengalami konflik kognitif siswa muali berpikir
tentang caraberpikir yang digunakannya, dan menjadi bertanggung jawab atas
belajarmereka sendiri.
4.Penggunaan berbagai macam representasi. Berbagai macam
representasimengahasilkan banyak peluang menuju pengetahuan awal siswa.
5.Kesadaran bahwa tujuan siswa belajar itu penting. Di kelas
bukan tujuan gurutetapi tujuan siswa, mereka ingin mengetahui dan tahu
manfaatnya.
6.Kesadaran akan konteks sosial. Berbagai jenis pengetahuan
muncul dalamberbagai macam kelompok sosial. Ada pengetahuan para pedagang
kakilima, ada pengetahuan para pejabat, ada pengetahuan formal di sekolah dsb.
Ishii
(2003) menawarkan ‘five guiding principles of constructivism’ yangdapat
diterapkan di kelas.
1.
Posing problems of emerging relevance to students
Dengan fokus pada minat siswa dan pengetahuan
awal sebagai titik awal,siswa menjadi mudah terlibat dan termotivasi untuk
belajar. Pertanyaanpertanyanyang relevan diberikan kepada siswa untuk mendorong
merekaberpikir dan mempertanyakan apa yang dipikirkan itu.
2.
Structuring learning around primary concepts
Ini merujuk pada perancangan pelajaran di
sekeliling ide atau konseputama, daripada menyajikan berbagai topik yang
terpisah-pisah satu denganyang lainnya. Menggunakan konsep yang lebar
memungkinkn siswa terlibatdari berbagai perspektif dan kemampuannya.
3.
Seeking and valuing students' points of view
Prinsip ini memberi kesempatan mengakses
penalaran siswa danproses berpikirnya. Dengan cara itu, guru dapat menyusup
lebih dalam agarbelajar menjadi lebih bearti bagi siswa. Tentu saja Anda
sebagai guru harussiap menjadi pendengar yang baik terlebih dahulu.
4.
Adapting curriculum to address students' suppositions
Adapatasi kurikulum untuk menghargai gagasan
siswa merupakan fungsi darikebutuhan kognitif pada tugas-tugas spesifik dan
hakikat pertanyaan siswayang terlibat pada tugas tersebut.
5.
Assessing student learning in the context of teaching
Dalam
pengajaran tradisional, konteks belajar sering tidak berhubungandengan assessment
(penilaian). Assessment yang autentik mestinya dapatdicapai melalui
pengajaran, interaksi antara guru dan siswa, siswa dengansiswa, serta
pengamatan tentang tugas-tugas yang dilaksanakan siswa.
v Guru sebagai fasilitator
Memperhatikan
kelima prinsip yang telah disebutkan, makasesungguhnya guru lebih berposisi
sebagai fisilitator dari pada sebagai narasumber. Kebanyakan guru lakukan
selama ini di kelas lebih mirip sebagai narasumber ketimbang sebagai
fasilitator. Mengapa?!. Anda memposisikan dirisebagai seorang yang lebih tahu
dibandingkan para siswa di kelas itu. Andabertugas memberikan pemahaman tentang
konsep-konsep, prinsip-pinsip danteori-teori IPA kepada siswa. Anda juga
menempatkan sebagai seorangpemimpin di kelas itu. Fungsi semacam ini adalah
seorang nara sumber. Apayang dilakukan seorang fasilitator? Jika Anda
memposisikan diri sebagaifasilitator maka Anda akan berusaha agar semua siswa
berpartisipasi sehinggatujuan belajar yang telah ditetapkan tercapai secara
optimal. Anda juga akanlebih banyak menggali siswa untuk melakukan eksplorasi
pengetahuan danpengalaman baru.
Mengubah
diri dari narasumber menjadi fasilitator tidak mudah. Andamesti mulai bersikap
terbuka, bersedia menerima masukan, kritik dan pendapatyang berbeda dari orang
lain atau bahkan dari para siswa. Dalam kegiatanpembelajaran, tidak selalu
sesuai dengan yang telah direncanakan, karena ituAnda perlu memiliki kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan proses dandinamika yang dialami oleh para siswa.
Anda juga perlu memiliki kemampuanmembaca situasi yang terjadi di kelas
sehingga dengan mudah dapat melakukantindakan tertentu sesuai dengan situsi
yang tengah terjadi. Anda perlumengembangkan kepekaan terhadap situasi.
Dalam
proses pembelajaran di kelas, Anda kadang-kadang perlumencairkan suasana lebih
dahulu agar tidak kaku. Siswa, karena keterbatasannya,sering mengajukan
pendapatnya secara tergesa-gesa dan kurang lengkap, adabaiknya jika Anda
mengelaborasi pendapat mereka itu. Selebihnya adalahmendorong semua siswa untuk
aktif dan melakukan yang terbaik bagi dirinya
dan juga bagi kelasnya.
Gb.
Kegiatan Pembelajaran Konstruktivisme
Anda
perhatikan gambar di atas, dalam pembelajaran konstruktivisme,nampak iklim
pembelajaran lebih beragam dan semua aktif malakukan kegiatanpembelajaran,
menyenagkan bukan !
Lima
cara untuk menarik perhatian siswa. Bagi banyak siswa IPA seringtidak menarik.
Kita perlu melakukan sesuatu di awal pembelajaran sehinggapelajaran hari itu
menjadi menarik bagi mereka. Anda dapat melakukanpermainan atau kegiatan
pengantar, membuat anekdot, menyajikan kasus nyata,mengajukan pertanyaan atau
memberikan ringkasan isi.
Lima
cara untuk meningkatkan pemahaman. Setelah siswa tertarikterhadap pelajaran
IPA, Anda perlu membantu mereka memahami bahan ajaryang disajikan. untuk
meningkatkan pemahaman siswa, yaitu:
(1) menyajikan garis besar
(2) menunjukkan kata kunci
(3) memberikan contoh-contoh
(4) membuat analogi
(5) menggunakan alat bantu
Pengembangan
pembelajaran kontruktivisme, bermula dari teoriperkembangan intelektual Piaget,
yang memandang bahwa belajar sebagai prosespengaturan diri (self regulation)
yang dilakukan seseorang dalam mengatasikonflik kognitif. Konflik ini
terjadi ketika terdapat ketidakelarasan antarinformasi yang diterima oleh siswa
dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
Munculnya
konflik kognitif terjadi akibat ketidakpaduan antarapengetahuan awal siswa dengan
fenomena baru, sehingga diperlukan perubahanatau modifikasi struktur kognitif
untuk mencapai keseimbangan, peristiwa iniberkelanjutan selama siswa menerima
pengetahuan baru.
Masuknya
informasi ke dalam struktur kognitif menurut Piaget melaluimekanisma asimilasi
dan akomodasi. Pada proses asimilasi seseorangmenggunakan struktur kognitif dan
kemampuan yang sudah ada untuk beradapsidengan masalah baru dan mengandung
kesamaan dengan struktur mental yangsudah ada. Sedangkan pada mekanisma
akomodasi melibatkan modifikasistruktur pengetahuan agar lebih sesuai atau
mengakomodasi struktur kognitif.
Ketika
siswa mulai belajar di kelas dipekirakan telah membawapengetahuan awal yang
diperoleh dari pengetahuan sehari-harinya. Gagasan dankonsep awal tersebut
perlu diasadari oleh guru dalam setiap kali kegiatanpembelajaran akan dimulai.
Artinya guru harus menyadari bahwa dalam prosespembelajaran itu tidak hanya
memindahkan gagasan guru kepada siswa,melainkan sebagai proses mengubah gagasan
siswa yang ada melalui pemberianpengalaman belajar di dalam kelas. Oleh karena
itu, dasar pembelajarankonstruktivis adalah pembelajaran efektif ketika guru
mengetahui bagaimanapara siswa mampu memandang fenomena yang menjadi subjek
pengajaran yangakan diberikannya atau bagaiman gagasan siswa atau konsep awal
siswa menjadipemahaman awal juga pada saat pembelajaran itu akan dimulai.
Proses
terjadinya modifikasi struktur kognitif dimulai dengandiadopsinya hal-hal baru
sebagai hasil interaksi dengan lingkungan belajar yangdiikutinya. Kemudian hal
baru tersebut dibandingkan dengan pengetahuan awalyang dimiliki siswa
sebelumnya. Jika hal baru tersebut tidak sesuai deng konsepawal siswa, maka
yang muncul adalah semacam konflik kognitif yang
mengakibatkan adanya
ketikseimbangan struktur kognitifnya.
Melalui
akomodasi dalam kegiatan pembelajaran siswa dapatmemodifikasi struktur
kognitifnya menuju keseimbangan sehingga terjadiasimilasi. Tetapi kemungkinan
lainnya adalah siswa akan ngalami jalan buntu(tidak mengerti) karena tidak
mampu mengakomodasi hal baru, kalau ini yangterjadi pada siswa maka guru harus
mencari strategi alternatif lainnya untuk
mengatasi hal tersebut.
Untuk
memahami bagaimana pembentukan struktur kognitif ada baiknyaAnda perhatikan
skema pembentukan struktur kognitif (perolehan pengetahuan)berikut ini :
Diagram.
Struktur Kognitif
C. LATIHAN 2
1. Carilah ciri khas
pembelajaran dalam tradisi konstruktivisme!
Petunjuk
jawaban latihan :
1.
Proses aktif siswa
untuk mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mebuathubungan / keterkaitan antara
pengetahuan yang telah dimiliki denganpengetahuan yang sedang dipelajari melalui
interaksi dengan yang lain
D. RANGKUMAN
Terdapat
dua model pembelajaran IPA yang berkembang di Indonesia.Pertama,model “mengisi
botol kosong” yang dikembangkan dalam paradigm absolutisme.Guru berfungsi
sebagai agen alih pengetahuan dari para ahli IPA ke siswa yangbelajar IPA.
Bersifat satu arah, dari guru ke siswa. Kedua,model memberdayakananak agar
mampu main layang-layang sendiri’ yang dikembangkan dalamparadigma konstruktivisme.
Guru berfungsi sebagai fasilitator agar prosesmengkonstruksi pengenetahuan IPA
masing-masing siswa berlangsung.Mengajar bersifat dialog antar guru dan siswa
serta antar siswa.
Lima
cara untuk meningkatkan pemahaman. Setelah siswa tertarikterhadap pelajaran
IPA, Anda perlu membantu mereka memahami bahan ajaryang disajikan. untuk
meningkatkan pemahaman siswa, yaitu:
(1) menyajikan garis besar
(2) menunjukkan kata kunci
(3) memberikan
contoh-contoh
(4) membuat analogi
(5) menggunakan alat bantu
E.
TES FORMATIF
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat !
1.
Model mengajar dengan
paradigma absolutisme bersifat satu arah dari gurukesiswa, yang terjadi pada
diri siswa adalah.......
B.
Tidak terjadi
interaksi antar siswa karena tinggal menerima bahan ajaryang sama.
C.
Siswa aktif melakukan
kegiatan yang dirancang guru
D.
Terjadi interaksi yang
aktif diantara siswa dan guru
E.
Pemahaman konsep IPA
yang diberikan meningkat
2.
Peran guru dalam
pembelajaran dengan paradigma absolutime adalah….
A.
Sebagai fasilitator pembelajaran
B.
Sebagai pelaksana alih
pengetahuan
C.
Sebagai instruktur
dalam kegiatan praktikum
D.
Sebagai motivator
dalam pembelajaran
3.
Terdapat tiga hal
penting dalam pembelajaran konstruktivisme di bawah ini,kecuali .......
A.
Proses aktif untuk
mengkonstruksi pengetahuan.
B.
Membuat hubungan
antara pengetahuan yang telah dimiliki dengan yangsedang dipelajari.
C.
Tidak ada hubungan
antara pengetahuan awal siswa dengan yang dipelajari
D.
Ketiga adalah
interaksi siswa dengan yang lain.
4.
Kebanyakan guru
lakukan selama ini di kelas lebih mirip sebagai nara sumberketimbang sebagai
fasilitator. Alasannya sebagai berikut, kecuali….
A.
Anda memposisikan diri
sebagai seorang yang lebih tahu dibandingkanpara siswa
B.
Anda bertugas
memberikan pemahaman tentang konsep-konsep, prinsippinsipdan teori-teori IPA
kepada siswa.
C.
Anda bertugas
memfasilitasi dan mnegkonstruksi pengetahuan pada dirisiswa
D.. Anda juga menempatkan sebagai seorang
pemimpin di kelas itu.
Fungsisemacam ini adalah
seorang nara sumber.
5.
Cara untuk menarik
perhatian siswa seperti berikut ini, kecuali….
A.
Melakukan permainan
B.
Membuat anekdot,
C.
Menyajikan lawakan
D.
Menyajikan kasus nyata
F.
BALIKAN DAN TINDAK LANJUT
Cocokkan
hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 2yang ada pada bagian
belakang bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawabanAnda yang benar, kemudian
gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahuitingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 2
Rumus :
Tingkat Penguasaan =jumla jawaban anda yang benarX 100 % =
10
Arti Tingkat Penguasaan :
90 % - 100 % = Baik Sekali
80 % - 89 % = Baik
70 % - 79 % = Cukup
< 69 % = Kurang
Kalau
anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, maka Anda telahmenuntaskan
kegiatan Belajar 2. Bagus ! Akan tetapi apabila tingkat penguasaanAnda
masah di bawah 80 %, Anda harus mengulang Kegiatan Belajar 2,terutama bagian
yang belaum Anda kuasai
GLOSARIUM
Adaptasi : proses mental manusia yang memodifikasipengetahuan yang
telah ada untuk menerimapengetahuan yang baru sehingga membentukstruktur baru.
Asimilasi : proses mental manusia yang menerimapengetahuan yang baru
untuk disesuaikan denganpengetahuan yng telah ada
Mengajar : memberdayakan, mengajar untuk belajar(paradigma
konstruktivisme).
Operasi : serangkaian tindakan memodifikasi suatu objekpengetahuan
Tingkah laku : suatu media yang dapat digunakan untukmenunjukkan suatu
struktur pengetahuan yangtelah dipelajari.
Tradisi behaviourist
: pembelajaran yang menekankan
perubahantingka laku
Tradisi
developmental : pembelajaran yang
menekankan pembelajaranyang disesuaikan dengan perkembanganintelektual siswa
Tradisi
konstruktivis : pembelajaran yang
menekankan pada prosesmengkonstruksi pengetahuan
KUNCI JAWABAN
Tes Formatif 1 Tes
Formatif 2
1. C 6. A 1.
A
2. D 7. D 2.
B
3. C 8. A 3.
C
4. A 9. A 4.
C
5. B 10. B 5.
C
DAFTAR PUSTAKA
-
Dasim, B (2002) Model
Pembelajaran, dan Penilaian Portofolio,
-
Bandung: PT.
GrasindoJarrol E Kemp, (1994) Proses Prencangan Pengajaran,
-
Bandung:
ITBPressPaulson,F.Leon dkk (1991) Assesment of Student Achievment Sixth Edition.Boston
: Allyn and BaconSomatowa,U. (2006) Bagaimana membelajarkan IPA di Sekolah
Dasar,
-
Jakarta : Depdiknas,
DIKTI, Direktorat Ketenagaan.Sutrisno, L Dkk (2007) Pengembangan
Pembelajaran IPA SD,
-
Jakarta :Dirjen DIKTI
DiknasStiggins, R.J (1994) Student Centered Classroom Assesment, New
York :
-
Maxwell Mac millan
InternasionalWidodo, A. Dkk (2008) Pendidikan IPA di SD, Bandung : UPI
Press
TERIMA KASIH
0 Response to "HAKEKAT BELAJAR IPA"
Posting Komentar
terimakasih