makalah PKN komunikasi sosial budaya indonesia dan karakterWNI baru
BAB I
PENDAHULUAN
I.
LATAR
BELAKANG
Di
Indonesia, Komunikasi antara budaya belum secara serius mendapatkan tempat
sebagai suatu kajian penting, sehingga sampai saat ini masih sulit ditemui buku
yang menjelaskan secara lengkap tentang definisi dari komunikasi antar budaya
itu sendiri. Padahal komunikasi antar budaya di Indonesia sangatlah penting
karena pada kenyataannya kehidupan masyarakat dan budaya Indonesia sangatlah
heterogen yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, agama, ras, budaya, dan
istiadat. Sebagaimana dituangkan dalam semboyang Bhineka Tunggal Ika yang
artinya berbeda tetapi tetap satu. Lebih dari 350 bahasa daerah berkembang di
Indonesia dan ratusan etnis tersebar diberbagai wilayah. Kehidupan majemuk
bangsa Indonesia yang kompleks ditandai dengan kenyataan latar belakang social
budaya etnis yang berbeda-beda. Dengan kenyataan tersebut tidaklah mudah bagi
bangsa Indonesia untuk mewujudkan suatu integrasi dan menghindari konflik atau
bahkan perpecahan (DeVito 1997).
Komunikasi
antar budaya kala menjadi semakin penting karena meningkatnya mobilitas orang
diseluruh dunia, saling ketergantungan Ekonomi diantara banyak Negara, kemajuan
Teknologi Komunikasi, perubahan pola imigrasi dan politik membutuhkan pemahaman
atas kultur yang berbeda-beda (DeVito 1997). Komuniasi antara budaya sendiri
lebih menekankan aspek utama yakni komunikasi antar pribadi diantara
Komunikator dan Komunikan yang kebudayaannya berbeda (Mulyana 1990) .
II.
RUMUSAN
MASALAH
·
Apa pengertian dari hakikat komunikasi sosial
antar budaya ?
·
Seperti
apa karakter WNI baru?
·
Bagaimana cara Pembelajaran komunikasi antar
sosial buday?
III.
TUJUAN
PEMBUATAN MAKALAH
Makalah
ini bertujuan untuk menjelaskan tentang komunikasi antar sosial budaya dan karakter wni baru”. Yang pad akhir akhir ini
komunikasi sosial antar budaya menjadi sangat penting karena munculnya fenomena
konflik sosial budaya sebagai akibat kesalah pahaman antar budaya .kita
menyadari bahwa Negara kita terdiri dari beraneka ragam budaya yang berbeda
satu sama lainnya selama ini, perbedaan ini
direkat oleh slogan “bhineka tunggal ika”, dalam wadah Negara kesatuan,
namun identitas dan ciri budaya masing-masing tetap di jaga.ini adalah kekayaan
bangsa yang tidak ternilai harganya.
IV.
MANFAAT
PEMBUATAN MAKALAH
·
Mengetahui apa pengertian dan hakikat
komunikasi sosial antar budaya.
·
Mengetahui karakter WNI baru.
·
Mengetahui cara pembeajaran komunikasi sosial
antar budaya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.
Hakikat Komunikasi Antarsosial Budaya
Indonesia mempunyai ragam budaya yang
banyak sekali. Keberbedaan budaya ini hendaknya dipelihara sehingga memperkaya
khasanah budaya bangsa yang tak ternilai harganya.
1.1 . Pentingnya Komunikasi Antarsosial Budaya
Budaya dari masing-masing etnik
menempati wilayah atau area tertentu. Namun dengan adanya perkembangan
masyarakat dan pembangunan di bidang transportasi dan pemukiman (transmigrasi)
menjadikan tak ada satu propinsi pun yang dapat mengklaim bahwa di propinsinya
hanya ada satu etnik. Dengan adanya pembauran budaya ini menjadikan komunikasi
antar budaya menjadi sangat penting sekali. Adapun faktor-faktor yang menunjang
pembauran budaya adalah :
1.
ketergantungan ekonomi dan perdagangan.
2.
transmigrasi
3.
teknologi transportasi
Bukan hal yang mudah untuk
mempersatukan bangsa yang mempunyai ragam budaya, adat istiadat, kebiasaan, dan
agama ini hidup rukun dan damai.Untuk itu perlu dibangun komunikasi antar
sosial budaya di seluruh negeri ini, termasuk antar kelompok yang selama ini
berbeda satu sama lain.
1.2 Pengertian Komunikasi Antar
Sosial Budaya
Masyarakat Indonesia saat ini
cenderung untuk sulit menerima perbedaan budaya yang ada dalam negeri tetapi
mudah menerima budaya dari bangsa-bangsa asing yang mungkin kurang cocok dengan
kepribadian bangsa kita sendiri. Strategi untuk menanggulangi masalah yang
ditimbulkan oleh kesalahpahaman antar budaya yaitu dengan menerapkan komunikasi
antar budaya.Komunikasi antar budaya adalah “komunikasi antara orang-orang yang
memiliki kepercayaan, nilai, atau cara berprilaku kultural yang berbeda.” (De
Vito,1997:479).
Adapun bentuk-bentuk komunikasi budaya
di Indonesia antara lain adalah sebagai berikut:
a.
Komunikasi antar
budaya, misalnya antara orang berbudaya Jawa, Tionghoa, Sunda, Batak, dan
Papua.
b.
Komunikasi antar
ras yang berbeda, biasanya juga disebut komunikasi antar ras, misalnya antara
orang ras melayu, mongolia, dan negro.
c.
Komunikasi antar
kelompok etnis yang bebeda, dan biasa disebut komunikasi antar etnis misalnya
etnik sunda, batak, jawa, sasak, bugis dan dayak.
d.
Komunikasi antara
kelompok agama yang berbeda, misalnya Islam, Kristen, Budha, dan Hindu.
e.
Komunikasi antar
bangsa yang berbeda, misalnya orang Indonesia dengan orang Amerika, Inggris,
Belanda, Jerman, Cina dan lain sebagainya.
f.
Komunikasi antara subkultur yang berbeda,
misalnya dokter, pengacara, guru, tukang becak dan lain sebagainya.
g.
Komunikasi antara subkultur yang eksklusif,
misalnya kaum golongan homoseksual dengan kaum manula.
h.
Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda,
misalnya antara laki-laki dengan perempuan.
Cara komunikasi
antar budaya dipengaruhi oleh budayanya masing-masing. Oleh karena itu harus
dapat dimanfaatkan untuk memperkaya diri dalam rangka mengenali budaya
1.3
Hambatan-Hambatan Dalam Melaksanakan
Komunikasi Antarsosial Budaya
Adapun hambatan-hambatan yang harus
dihadapi dalam melaksanakan komunikasi antarsosial budaya adalah sebagai
berikut.
a.
Etnosentrisme
Yaitu prilaku kesukuan yang sempit
akan menjadi kendala dalam memahami dan melakukan komunikasi antar budaya.
b.
Kedaerahan
Rasa kedaerahan yang berlebihan juga
akan menghambat komunikasi antar budaya, dimana orang “mencintai” daerahnya
secara berlebihan.
c.
Persepsi yang
keliru tentang otonomi daerah
Berlakunya otonomi daerah ditafsirkan
oleh penguasa daerah hanya untuk memakmurkan daerahnya dan rakyat yang berada
dan berasal dari daerah itu sendiri.
d.
Fanatisme sempit
Fanatisme sempit yaitu menganggap
agama di luar yang “saya ” anut tidak baik dan kedudukannya lebih rendah.
Adapun beberapa cara untuk mengatasi
hambatan tersebut adalah :
a.
Menanamkan
kesadaran bahwa Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari berbagai golongan
sosial budaya yang beraneka ragam. Dan ini adalah kekayaan bangsa Indonesia
yang tak ternilai.
b.
Meningkatkan kesadaran, walaupun kita hidup
dalam keberbedaan namun kita memilki persamaan yaitu sebagai warga negara
Indonesia yang memiliki kewajiban dan hak yang sama, memiliki kesamaan dalam
hukum, memiliki derajat yang sama sebagai makhluk Tuhan.
c.
Menyadari bahwa kita juga warga dari kelompok
sosial budaya tertentuyaitu sebagai warga negara Indonesia bahkan warga dunia.
Oleh karena itu pada hakekatnya setiap manusia adalah saudara dan keluarga dari
manusia yang lain.
d.
Mengembangkan cara berpikir positif, dan
menghindari berpikir negatif. Perbedaan sosial budaya adalah kekayaan khasanah
budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu kita harus saling mendukung, mendorong
dan bahu membahu mencapai masyarakat Karakter warga negara Indonesia yang baru.
2
Karakter WNI Baru
Warga negara merupakan bagian dari
suatu masyarakat dan bangsa. Karakteristik suatu masyarakat dan bangsa akan
diwarnai oleh karakteristk warga negaranya. Maka untuk membangun suatu
masyarakat dan bangsa, terlebih dahulu harus membangun karakter warganya. Di
dalam membangun warga negara Indonesia yang mampu di bertahan di era
globalisasi ini maka pendidikan memiliki peran yang sanga penting sekali. Untuk
itu melalui pendidikan diharapkan setiap warga Indonesia memilki kemampuan,
kreatifitas, dan keterbukaan. Selain itu warga masyarakat harus terbebas dari
rasa ketakutan, dan bebas berkreasi untuk menyumbangkan kemampuannya dalam
pembangunan negaranya.
Menurut HAR Tilaar (1998), masyarakat
yang kita cita-citakan adalah masyarakat teknologi, masyarakat terbuka, dan
masyarakat madani. Masyarakat teknologi adalah suatu masyarakat yang bukan
hanya melek teknologi, tetapi juga mampu berpartisipasi aktif dalam kehidupan.
Masyarakat terbuka adalah masyarakat, yaitu masyarakat yang mampu menyumbangkan
kemampuannya dan mampu berkreasi untuk peningkatan mutu kehidupan masyarakat
dan bangsanya. Sedangkan masyarakat madani adalah masyarakat yang saling
menghargai satu sama lainnya, yang mengakui hak-hak manusia yang menghormati
prestasi dari para anggota sesuai dengan kemampuan yang dapat ditunjukkan bagi
masyarakatnya, serta memegang teguh etika pergaulan. Untuk mencapai masyarakar
yang seperti itu maka diperlukan manusia yang menghargai perbedaan dan dapat
hidup dalam suatu perbedaan. Menurut Deddy Mulyana, yaitu “Manusia antar
Budaya”, yaitu seorang warga negara yang mencintai sesama warga negara tanpa
memandang latar belakang sosial budaya. Yang dimaksud dengan manusia antar
budaya adalah manusia yang berpikir, bersikap, dan beprilaku sebagai manusia
yang menghargai, menghormati dan mampu berkounikasi dengan sesamanya dan hidup
damai dalam masyarakat majemuk, masyarakat yang berbhineka tunggal ika.
Gurdy Kunst dan Kim (Deddy,2000: 233)
menjelaskan bahwa “manusia antar budaya adalah orang yang telah mencapai
tingkat tinggi dalam proses antar budaya yang kognisi, afeksi dan prilakunya
tidak terbatas, tetapi berkembang melewati parameter-parameter psikologi sesuai
budayanya. Ia memiliki kepekaan budaya yang berkaitan dengan kemampuan
berempati terhadap budayanya tersebut.”. pendidikan kewarganegaraan saat ini
diarahkan untuk membentuk warga negara yang demokratis melalui pembentukan
manusia antarbudaya. Dengan kata lain, warga negara Indonesia yang baru adalah
manusia antar budaya.
Pada dasarnya manusia antar budaya
adalah warga negara Indonesia yang:
1.
Meiliki
pengetahuan, sikap dan prilaku yang tidak terbatas pada budaya tertentu.
2.
Dapat hidup dalam
masyarakat majemuk yang memiliki keragaman budaya.
3.
Menghargai dan
menghormati budaya yang beraneka ragam.
Manusia antarbudaya yang menjadi ciri
warga Indonesia adalah tetap memilki ciri dan identitas budayanya sendiri,
tetapi ia dapat hidup dan bergaul dalam masyarakat yang berbeda-beda budaya.
Oleh Adler yang dikutip oleh Deddy mengatakan, bahwa manusia antar budaya
adalah “ia tidak seutuhnya merupakan bagian ataupun sama sekali terpisah dari
budayanya, alih-alih ia berada di perbatasan.”. Salah satu motto hidup yang
mencerminkan manusia antar budaya adalah “dimana bumi berpijak di situ langit
dijunjung” contoh motto yang lain misalnya “silih asah silih asih dan silih
asuh”.
Adapun karakteristik warga negara
Indonesia adalah sebagi berikut :
1.
Kemampuan
mengenal dan mendekati masalah sebagai masyarakat global.
2.
Kemampuan bekerja
sama dengan orang lain dan memikul tanggung jawab atas
peran atau kewajiban dalam masyarakat.
3.
Kemampuan untuk
memahami, menerima dan menghormati perbedaan- perbedaan
budaya.
4.
Kemampuan
berpikir kritik dan sistematik.
5.
Kemampuan
menyelesaikan konflik dengan cara damai tan pa kekerasan.
6.
Kemampuan mengubah
gaya hidup dan pola makanan yang sudah biasa guna melindungi lingkungan.memiliki kepekaan terhadap dan
mempertahankan hak
asasi manusia.
7.
Kemauan dan
kemampuan berpartisi[asi dalam kehidupan politik pada tingkat
pemerintahan lokal, nasional dan internasiaonal.
Adapun ciri-ciri manusia antar budaya
menurut de vito adalah :
1.Keterbukaan
2.Empati
3.Sikap mendukung
4.Sikap positif
5.Kesetiaan
6.Percaya diri
7.Kedekatan
8.Manajemen interaksi
9.Reorientasi pada pihak lain
10.
Daya ekspresi
Karakter adalah sikap atau kebiasaan
pikiran warga negara yang kondusif bagi berfungsinya dan kelangsungan sistem
demokrasi (Margaret S. Branson, dkk 1999:180).
Pendapat ini sangat relevan dengan
bangsa Indonesia yang sedang belajar berdemokrasi, dan kedua karakter warga
negara tersebut cocok dan relevan dengan manusia antar budaya, pada dasarnya
demokrasi adalah landasan untuk melakukan komunikasi antarsosial budaya.
Menurutnya karakter warga negara
adalah sebagai berikut :
1.
Keadaban (civility).
2.
Tanggung jawab
individu dan kecenderungan untuk menerima tanggung jawab pribvadi dan
konsekwensi tindakan pribadi.
3.
Disiplin diri dan
penghormatan peraturan-peraturan untuk pemerintahan konstitusional (amerika)
tanpa perlu paksaan dari otoritas eksternal.
4.
Rasa kewargaan
(civic mindness) dan kehendak untuk mendahulukan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi.
5.
Kemampuan untuk
kompromi, menyadari bahwa nilai dan prinsip kadang-kadang saling bertentangan
karena pengakuan bahwa tidak semua nilai prinsip bisa dikompromikan karena kadang-kadang
kompromi bisa mengancam kelangsungan demokrasi.
Dari pendapat diatas maka kita bisa
mengambil beberapa pendapat yang sesuai dengan karakter warga negara Indonesia
yaitu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.
Mencintai sesama
manusia, keluarga, masyarakat, manusia, bangsa dan tanah airnya
3.
Menghormati sesama
warga negara tanpa membedakan latar belakang sosial dan
budayanya.
4.
Dapat hidup
bersama dalam masyarakat majemuk yang terdiri atas perbedaan budaya, etnik, agama, istiadat, dan
sebagainya.
5.
Toleransi keagamaan.
Ada dua kata dalam hidup bersama dan
pergaulan dalam masyarakat majemuk yang anggotanya terdiri dari berbagai budaya
yang berbeda yaitu simpati dan empati.Milton J Bennet menjelaskan betapa
pentingnya simpati dan empati sebagai karakteristik warga negara.
1.
Simpati dikaitkan
dengan asumsi “kesamaan” yang berkaitan dengan konsep sosial tentang budaya
campuran. Simpati adlah strategi komunikasi yang tepat untuk menjalin
komunikasi antar budaya. Bennet mendefinisikan simpati adalah “menempatkan diri
kita secara imajinatif dalam posisi oarang lain”.
2.
Empati mempunyai
pengertian yang hampir mirip dengan simpati. Menurut bennet empati adalah
“partisipasi emosional dan intelektual secara imajinatif pada pengalaman orang
lain”.
3.Pembelajaran
Komunikasi Sosial Antar Budaya
Pendidikan mempunyai peranan yang
sangat penting dalam membentuk warga negara dan bangsa Indonesia. Negeri kita
ini terdiri dari berbagi etnik, budaya, adat istiadat, agama dan sebagainya.
Oleh karena itu salah satu keberhasilan dari pendidikan ditentukan dari
kepedulian kita terhadap maslah keragaman sosial budaya ini. Karena pendidikan
merupakan proses pembudayaan atau enkulturisasi, yaitu “proses untuk
mentasbihkan seseorang mampu hidup dalam suatu budaya tertentu” (Dr. Zamroni,
MA, 2001). Di sisi lain pendidikan juga memiliki peran sebagi pewaris
kebudayaan (culture heritage).
Pada saat ini keberagaman menjadi
sebuah ketakutan, yaitu terganggunya stabilitas nasional dan disintregasi
bangsa. Hal ini bisa dikurangi dengan mengetahui prinsip-prinsip komunikasi
antar budaya. Di dalam pendidikan ini sudah ditunjukkan oleh pemerintah dengan
usaha untuk merespon berbagi permasalahn yang disebabkan oleh perbedaan. Dalam
hal ini anak didik diberi bekal untuk hidup dalam masyarakat majemuk yang
memiliki budaya yang sangat beragam.
Di dalam pendidikan dikenal istilah
“pendidikan pluralistik”, yaitu suatu pendekatan yang digunakan dalam
pendidikan yang siswa terdiri dari beragam sosial budaya, dan hidup pada
lingkungan yang terdiri dari kehidupan yang beragam pula. Pendidika pluralistik
dalam pendidikan tidak bermaksud untuk menyamakan budaya yang sangat beaneka
ragam melainkan untuk memberi bekal pengetahuan dan pengalaman pada siswa bahwa
kita berbeda sosial dan budayanya.
Pendidikan pluralistik memiliki 2
makna. Pertama sebagai sebagai sumber yang bahan belajar di sekolah, yaitu
memberikan pengetahuan tentang keaneragaman budaya Indonesia. Kedua menerapkan
pendekatan pluralistik dalam proses embelajara, yaitu pendekatan yang digunakan
dalam memperlakukan siswa yang terdiri atas golongan sosial budaya.
Pendidikan pluralistik dilakukan
dengan 3 jalur yaitu pendidika dalam keluarga, di masyarakat dan di sekolah.
Dengan kaitannya dengan ini Yose Ortega mengatakan bahwa sekolah merupakan
cermin masyarakatnya, apabila rusak masyarakatnya maka rusak pulalah sekolah
(Zamroni, 2001). Oleh karena itu perbaikan atau pembentukan karakter warga
negara melalui pendidikan di sekolah harus diimbangi dengan pendidika di
masyarakat.Materi komunikasi antar budaya ini di integrasikan dalam pelajaran
PKn adapun pokok bahasannya adalah sebagai berikut persatuan dan kesatuan
1.
Cinta tanah air
2.
Persamaan derajat
3.
Persamaan hak dan
kewajiban
4.
Kerukunan
5.
Keadilan
6.
Gotong royong
Dalam pembelajaran PKn ada dua
strategi, yaitu pertama komunikasi sosial budaya sebagai substansi dan sumber
belajar, dan kedua menggunakan pendekatan pluralistik dalam proses
pembelajaran, yaitu dengan memperlakukan siswa yang berbeda latar belakang
sosial budayanya dalam proses pembelajaran.
.
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
·
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang
terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda
ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini.Menurut
Stewart L. Tubbs,komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang
yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan- perbedaan
sosio ekonomi).Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh
sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.
·
Kemampuan mengenal dan mendekati
masalah sebagai masyarakat global.
Kemampuan bekerja sama dengan orang lain dan
memikul tanggung jawab atas peran atau kewajiban dalam masyarakat.Kemampuan
untuk memahami, menerima dan menghormati perbedaan-perbedaan budaya.Kemampuan
berpikir kritik dan sistematik, Kemampuan menyelesaikan konflik dengan cara
damai tan pa kekerasan,m Kemampuan mengubah gaya hidup dan pola makanan yang
sudah biasa guna melindungi lingkungan.memiliki kepekaan terhadap dan mempertahankan
hak asasi manusia.Kemauan dan
kemampuan berpartisi[asi dalam kehidupan politik pada tingkat pemerintahan
lokal, nasional dan internasiaonal.
·
Langkah
yang tepat untuk pembelajaran komunikasi sosial budaya yaitu melalui pendidikan
dengan memberikan pengetahuan dan wawasan serta pengalaman tentang komunikasi
sosial antar budaya melalui pelajaran Pkn di sekolah. Jadi materi ini bukan
mata pelajaran baru, tetapi merupakan bagian dari Pkn. Oleh karena itu guru
harus pandai-pandai memilih pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang sesuai
.dalam proses pembelajaran guru harus kreatif dalam melaksanakan proses
pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan dan salah
satunya adalah pendekatan pluralisme , yang memperhatikan kemajemukan sosial budaya
masyarakat kita.selain itu studi kasus cerita daerah dan cerita para pahlawan
akan melatih siswa berpikir kritik dan evaluatik,serta memberikan pengalaman
dalam kaitannya dengan komunikasi sosial budaya.
Saran
·
Untuk memperluas pengetahuan kita tentang
komunikasi sosial antar budaya dan lendaklah lebih banyak membaca buku-buku
yang relevan dengan materi yang kami bahas dalam makalah ini
Kk daftar pustakanya mana ya
BalasHapus